Metabolit sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit
yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam
bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.
Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya
ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.
Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat
dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder
adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Manfaat
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan
senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan
makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flovanoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.
Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam
memproduksi sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan
plastik alami adalah resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak
volatil.
Tanaman Murbei (Morus alba L.)
Gambar 1. Tanaman Murbei
Kalasifikasi Tanaman
Nama tumbuhan : Mulberry
Nama Daerah : Kerta, Kitau (Sumatera);
Murbai, Besaran (Jawa); Sangya
(Cina)
Nama latin : Morus alba L.
Sinonim : Morus Austalis Pour., dan Morus Atropurpurea Roxb
Kingdom : Plantae
Ordo : Rosales
Family : Moracea
Tribe : Moreae
Genus : Morus
Species : M. alba
Nama Binomial: Morus alba
Morus alba merupakan tanaman asli
dari daerah utara cina namun sekarang telah dibudidaya di berbagai tempat baik
daerah dengan iklim subtropics maupun tropis. Tanaman ini tergolong tanaman
yang cepat tumbuh, berumur pendek dan memiliki tinggi 10-20 m. Pada saat masa
pertumbuhan, panjang daunnya dapat mencapai 30 cm dan terdapat banyak lobus
sedangkan pada saat dewasa, panjang daunnya hanya mencapai 5-15 cm serta tidak
memiliki lobus. Daunnya selalu gugur di musim gugur serta selalu hijau di
daerah beriklim tropis.
Murbei(Morus alba) merupakan
tanaman asli dari Cina yang tersebar luas hampir di seluruh tempat baik di
daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei dapat tumbuh baik pada
ketinggian lebih dari 100 mdpl dan cukup matahari. Pohon murbei relatif besar
dengan ketinggian 9-12 m serta diameter 0,5 cm.
Dari kajian fitokimia dari tumbuhan
murbei memperlihatkan bahwa metabolit sekunder utama tumbuhan ini adalah
senyawa turunan fenol terutama dari golongan stilbenoid, 2-arilbenzofuran,
flavonoid, adduct Diels-Alder, santon, dan kumarin. Merupakan alternatif obat
untuk penyakit diabetes militus, selain itu daunya juga bermanfaat untuk
penyembuhan penyakit demam, flu, batuk, malaria, rhematik, darah tinggi, dan
memperbanyak ASI.
Murbei mengandung banyak senyawa
kimia seperti ecdysterone, inokosterone, lupeol, β-sitosterol, rutin,
moracetin, scopoletin, benzaldehida, eugenol, linalol, benzyl alkohol,
butylamine, aseton, kholine dan quercetin. Pada bagian ranting terdapat tanin
dan vitamin A serta pada bagian buah terdapat cyanidin, isoquercetin, sakarida,
asam linoleat, asam stearat, serta karoten. Selain itu, pada bagian daun juga
terdapat
kaempferol-3-O-beta-D-glucopyranoside,kaempferol-3-O-(6″-O-acetyl)-beta-D-glucopyranoside,
quercetin-3-O-(6″-O-acetyl)-beta-D-glucopyranoside,
quercetin-3-O-beta-D-glucopyranoside,kaempferol-3-O-alpha-L-rhamnopyranosyl-beta-D-glucopyranoside,quercetin-3-O-alpha-L-rhamnopyranosyl-beta-D-glucopyranoside,
quercetin-3-O-beta-D-glucopyranosyl-beta-D-glucopyranoside, dan
quercetin-3,7-di-O-beta-D-glucopyranoside (Kim et al,. 2000). Ekstrak etanolik daun tanaman ini
dilaporkan memiliki khasiat sebagai antikanker secara in vitro karena
memiliki kandungan fitokimia seperti quercetin dan anthosianin (Kim et al., 2000; Chen et al., 2006).
Gambar 2.
Quercetin-3-o-glucosida dan Sianidin-3-o-glukosida
Quercetin
dan antosianin merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman khususnya
murbei (Morus alba L.) yang memiliki potensi sebagai agen kemopreventif.
Jenis anthosianin yang memiliki efek sebagai agen kemopreventif ialah
sianidin-3-O-glukosida. Secara in vitro, sianidin-3-O-glukosida diketahui
mampu mereduksi invasi sel kanker paru-paru A549 serta dapat mereduksi
motilitas sel (Chen et al., 2006) dan quercetin diketahui mampu
menghambat pertumbuhan sel HL-60 secara significan serta dapat menginduksi
differensiasi sel HL-60 untuk mengekspresikan antigen CD 66B dan CD 14 (Kim et al., 2000). Quersetin
juga diketahui mampu menghambat perkembangan, adhesi dan migrasi dari sel HeLa
serta mampu memicu terjadinya apoptosis pada kultur sel HeLa. Pada dosis 20-80
mikromol /l quersetin, proses inhibisi adhesi, migrasi dan invasi sel
Hela meningkat 37-83% (Zhang, 2008). Selain itu, diketahui pula quercetin dapat
meningkatkan efek penghambatan adhesi, invasi dan migrasi dari cisplatin pada
kultur sel kanker leher rahim HeLa (Chen et al., 2005).
Selain
sebagai agen kemopreventif seperti yang dikemukakan diatas, Quercetin juga
dilaporkan dapat berperan sebagai agen ko-kemoterapi. Berdasarkan penelitian Wang (2009) menunjukkan bahwa Quercetin dapat
meningkatkan indeks terapi agen kemoterapi doxorubicin serta memiliki efek
sebagai kardioprotektif dan hepatoprotective sehingga dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya efek samping yaitu cardiotoxic. Sehingga
diketahui bahwa quercetin dapat dijadikan sebagai terapi pendamping pada
kemopreventif.
Anthosianin
dilaporkan mempunyai berbagai aktivitas biologik dan secara luas digunakan
sebagai antioksidan. Anthosianin yang terdapat dalam Morus alba adalah sianidin
3-rutinosida dan sianidin 3-glukosida. Dalam pencarian senyawa antikanker,
parameter sitotoksik menjadi ukuran untuk melihat aktivitasnya terhadap kanker.
Daftar
Pustaka
Chen, P.N., 2006, Mulberry anthocyanins, cyanidin 3-rutinoside and cyanidin
3-glucoside, exhibited an inhibitory effect on the migration and invasion of a
human lung cancer cell line, Cancer Letter; 235(2):248-259
Hou, D.X., 2003, Potential Mechanisms of Cancer Chemoprevention by
Anthocyanins, Current Molecular Medicine, 3(2), pp.
149-159(11)
Kim S. Y., Gao J. J., Kang H. K., 2000, Two flavonoids from the leaves of Morus
alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60) cell
line, Biol Pharm Bull. 23(4):451-5
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d535_0607070_chapter1.pdf
http://reyhanherbs.wordpress.com/
http://research.itb.ac.id/riset/research/rfpResponse/188/131572228-Proposal-riset- desentralisasi-2013.pdf
http://tidiuchiha.blogspot.com/2009/04/isolasi-terpenoid-dari-daun-mubei-morus.html