bintang-bintang

Kupu-kupu

Kamis, 11 Desember 2014

Metabolit sekunder tanaman murbei

Metabolit sekunder 
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Manfaat
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flovanoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid. Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil.

Tanaman Murbei (Morus alba L.) 
 
Gambar 1. Tanaman Murbei
Kalasifikasi Tanaman
Nama tumbuhan : Mulberry
Nama Daerah : Kerta, Kitau (Sumatera);
Murbai, Besaran (Jawa); Sangya (Cina)
Nama latin : Morus alba L.
Sinonim : Morus Austalis Pour., dan Morus Atropurpurea Roxb
Kingdom : Plantae
Ordo : Rosales
Family : Moracea
Tribe : Moreae
Genus : Morus
Species : M. alba
Nama Binomial: Morus alba
Morus alba merupakan tanaman asli dari daerah utara cina namun sekarang telah dibudidaya di berbagai tempat baik daerah dengan iklim subtropics maupun tropis. Tanaman ini tergolong tanaman yang cepat tumbuh, berumur pendek dan memiliki tinggi 10-20 m. Pada saat masa pertumbuhan, panjang daunnya dapat mencapai 30 cm dan terdapat banyak lobus sedangkan pada saat dewasa, panjang daunnya hanya mencapai 5-15 cm serta tidak memiliki lobus. Daunnya selalu gugur di musim gugur serta selalu hijau di daerah beriklim tropis.
Murbei(Morus alba) merupakan tanaman asli dari Cina yang tersebar luas hampir di seluruh tempat baik di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei dapat tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 mdpl dan cukup matahari. Pohon murbei relatif besar dengan ketinggian 9-12 m serta diameter 0,5 cm.
Dari kajian fitokimia dari tumbuhan murbei memperlihatkan bahwa metabolit sekunder utama tumbuhan ini adalah senyawa turunan fenol terutama dari golongan stilbenoid, 2-arilbenzofuran, flavonoid, adduct Diels-Alder, santon, dan kumarin. Merupakan alternatif obat untuk penyakit diabetes militus, selain itu daunya juga bermanfaat untuk penyembuhan penyakit demam, flu, batuk, malaria, rhematik, darah tinggi, dan memperbanyak ASI.
Murbei mengandung banyak senyawa kimia seperti ecdysterone, inokosterone, lupeol, β-sitosterol, rutin, moracetin, scopoletin, benzaldehida, eugenol, linalol, benzyl alkohol, butylamine, aseton, kholine dan quercetin. Pada bagian ranting terdapat tanin dan vitamin A serta pada bagian buah terdapat cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, serta karoten. Selain itu, pada bagian daun juga terdapat kaempferol-3-O-beta-D-glucopyranoside,kaempferol-3-O-(6″-O-acetyl)-beta-D-glucopyranoside, quercetin-3-O-(6″-O-acetyl)-beta-D-glucopyranoside, quercetin-3-O-beta-D-glucopyranoside,kaempferol-3-O-alpha-L-rhamnopyranosyl-beta-D-glucopyranoside,quercetin-3-O-alpha-L-rhamnopyranosyl-beta-D-glucopyranoside, quercetin-3-O-beta-D-glucopyranosyl-beta-D-glucopyranoside, dan quercetin-3,7-di-O-beta-D-glucopyranoside (Kim et al,. 2000). Ekstrak etanolik daun tanaman ini dilaporkan memiliki khasiat sebagai antikanker secara in vitro karena memiliki kandungan fitokimia seperti quercetin dan anthosianin (Kim et al., 2000; Chen et al., 2006).

Gambar 2. Quercetin-3-o-glucosida dan Sianidin-3-o-glukosida
Quercetin dan antosianin merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman khususnya murbei (Morus alba L.) yang memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Jenis anthosianin yang memiliki efek sebagai agen kemopreventif ialah sianidin-3-O-glukosida. Secara in vitro, sianidin-3-O-glukosida diketahui mampu mereduksi invasi sel kanker paru-paru A549 serta dapat mereduksi motilitas sel (Chen et al., 2006) dan quercetin diketahui mampu menghambat pertumbuhan sel HL-60 secara significan serta dapat menginduksi differensiasi sel HL-60 untuk mengekspresikan antigen CD 66B dan CD 14 (Kim et al., 2000). Quersetin juga diketahui mampu menghambat perkembangan, adhesi dan migrasi dari sel HeLa serta mampu memicu terjadinya apoptosis pada kultur sel HeLa. Pada dosis 20-80 mikromol /l quersetin, proses inhibisi adhesi, migrasi dan invasi sel Hela meningkat 37-83% (Zhang, 2008). Selain itu, diketahui pula quercetin dapat meningkatkan efek penghambatan adhesi, invasi dan migrasi dari cisplatin pada kultur sel kanker leher rahim HeLa (Chen et al., 2005).
Selain sebagai agen kemopreventif seperti yang dikemukakan diatas, Quercetin juga dilaporkan dapat berperan sebagai agen ko-kemoterapi. Berdasarkan penelitian Wang (2009) menunjukkan bahwa Quercetin dapat meningkatkan indeks terapi agen kemoterapi doxorubicin serta memiliki efek sebagai kardioprotektif dan hepatoprotective sehingga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya efek samping yaitu cardiotoxic. Sehingga diketahui bahwa quercetin dapat dijadikan sebagai terapi pendamping pada kemopreventif.
Anthosianin dilaporkan mempunyai berbagai aktivitas biologik dan secara luas digunakan sebagai antioksidan. Anthosianin yang terdapat dalam Morus alba adalah sianidin 3-rutinosida dan sianidin 3-glukosida. Dalam pencarian senyawa antikanker, parameter sitotoksik menjadi ukuran untuk melihat aktivitasnya terhadap kanker.

Daftar Pustaka 
Chen, P.N., 2006, Mulberry anthocyanins, cyanidin 3-rutinoside and cyanidin 3-glucoside, exhibited  an inhibitory effect on the migration and invasion of a human lung cancer cell line, Cancer Letter; 235(2):248-259 
Hou, D.X., 2003, Potential Mechanisms of Cancer Chemoprevention by Anthocyanins, Current Molecular Medicine, 3(2), pp. 149-159(11) 
Kim S. Y., Gao J. J., Kang H. K., 2000, Two flavonoids from the leaves of Morus alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60) cell line,  Biol Pharm Bull. 23(4):451-5

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d535_0607070_chapter1.pdf

http://reyhanherbs.wordpress.com/ 

http://research.itb.ac.id/riset/research/rfpResponse/188/131572228-Proposal-riset- desentralisasi-2013.pdf 

http://tidiuchiha.blogspot.com/2009/04/isolasi-terpenoid-dari-daun-mubei-morus.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://flash-clocks.com/blog/?subscribe=success#blog_subscription-2