BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Proses respirasi pada tanaman dan
hewan dapat diamati dengan berbagai metode. Salah satu diantaranya dengan
memanfaatkan salah satu tanaman yaitu tanaman kecambah dan memanfaatkan salah
satu serangga yaitu jangkrik dengan memasukkan salah satu dari keduanya pada
alat repirometer yang berfungsi untuk mengamati terjadinya respirasi. Larutan
merah adalah salah satu bahan yang digunakan untuk mengetahui adanya perubahan
larutan merah yang sebelumnya telah diteteskan pada skala 0 respirometer.
Terjadinya perubahan (bergeraknya) larutan merah tersebut dapat dijadikan
sebagai indicator untuk mengamati adanya proses respirasi pada tanaman kecambah
atau pada jangkrik. Untuk lebih memahami proses ini dilakukan pengamatan pada
tanaman kecambah dan jangkrik yang diperlakukan sama yaitu dimasukkan dalam
tabung respirometer.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana anda dapat menentukan apakah
suatu tumbuhan atau suatu hewan mengalami proses respirasi?
2.
Apakah ada pergerakan larutan merah pada
pipa berkala respirometer?
3.
Apakah massa hewan atau tumbuhan dapat mempengaruhi
proses respirasi?
1.3 TUJUAN
PERCOBAAN
Adapun
tujuan dari percobaan ini, yaitu:
1.
Mengamati proses respirasi pada serangga
2.
Mengamati proses repirasi pada tanaman
kecambah
BAB II
DASAR TEORI
Istilah respirasi sel
menyangkut proses enzimatik didalam sel dimana molekul karbohidrat, asam lemak
dan asam amino diuraikan menjadi karbon dioksida dan air dengan konservasi
energi biologis yang sangat bermankfaat bagi organisme itu sendiri.
Semua sel hidup
mendapat energi biologi yang berguna dari reaksi enzimatik dimana elektron
mengalir dari tingkat energi satu ke tingkat energy lainnya. Bagi kebanyakan
organisme, oksigen merupakan akseptor elektron terakhir, oksigen bereaksi
dengan elektron dan ion hydrogen untuk membentuk air. Elektron yang dipindahkan
ke oksigen dengan suatu sistem enzim yang terdapat dalam mitokondria yang
disebut dengan sistem pemindahan elektron.
Oksigen diperlukan oleh
semua organisme karena berfungsi sebagai akseptor hidrogan dan akseptor
elektron terakhir dalm proses pernafasan sel. Tanpa oksigen, produksi energy
pada organisme aerob akan berhenti. Karbondioksida merupakan salh satu
metabolit terbesar berasal dari oksidasi karbohidrat, protein dan lemak. Gas
yang bersifat asam ini harus dibuang dari dalm tubuh organisme.
Hewan bernafas
mengambil O2 dari lingkungan dan hasil CO2 dilepaskan ke lingkungannya.
Pada hewan berukuran besar terdapat alat respirasi (pernafasan) yang sesuai
dengan lingkungannya, sedangkan pada hewan kecil, pengambilan O2
cukup dengan difusi.
Pengambilan O2
pada banyak hewan rendah (ivertebrata) mempunyai hubungan langsung dengan
tekanan partial O2. Kecepatan pengambilan O2 dari lingkungannya
tergantung pada kecepatan penggunaan O2 pada proses pernafasan sel.
Biasanya difusi CO2 ke lingkungannya lebih cepat dari pada difusi O2
dari lingkungan ke dalam tubuhnya. Pada invertebrata, konsentrasi CO2
akan merangsang kecepatan pernafasan.
Semua
organisme baik hewan maupun tumbuhan melakukan respirasi. Pengambilan gas dari
lingkungannya berbeda-beda untuk setiap jenis makhluk hidup. Namun, secara
garis besar, pengambilan gas oleh makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Pernapasan secara langsung terjadi pada hewan yang telah memiliki alat
pernapasan khusus, sedangkan pernapasan secara tidak langsung terjadi pada
hewan yang belum memiliki alat pernpasan khusus. Pada tumbuhan agak sukar
menunjukkan respirasinya, karena tumbuhan yang berklorofil juga melakukan
fotosintesis. Oleh karena itu, untuk menunjukkan respirasi pada tumbuhan
biasanya digunakan kecambah yang belum berklorofil.. Jika tumbuhan yang sudah
berklorofil digunakan, maka harus disimpan di dalam tempat yang gelap.
Respirasi merupakan peristiwa kebalikan dari proses fotosintesis. Oksigen yang
merupakan hasil dari fotosintesis merupakan bahan dalam respirasi. Sedangkan
hasil dari respirasi berupa karbondioksida dan sejumlah energi. Reaksi
sederhananya ialah:
C6H12O6 + 6O2 --> 6CO2 + H2O + 686
k.kal
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan.
Manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses
pemecahan senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah
senyawa-senyawa antara yang penting sebagai ”Building Block”. Building Block
merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa
tersebut meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan
prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak,
sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik
tertentu lainnya, seperti lignin.
Laju respirasi dari suatu organisme dapat di ukur. Salah satu cara yang dapat
dipakai yaitu dengan menghitung jumlah oksigen yang dipergunakan oleh
organisme tersebut. Jumlah ini dinyatakan dalam ml O2/jam/gram berat
tubuh.
Respirasi aerob pada pengukuran respirasi kecambah
berarti diperlukan oksigen dan dihasilkan karbodioksida serta energi. Sedangkan
respirasi anaerob berarti respirasi dengan kadar oksigen yang kurang atau tidak
dan dihasilkan senyawa selain karbodioksida seperti alkohol, asetildehida atau
asam asetat dengan sedikit energi.
Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga,
akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti,
kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen
yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Alat ini
bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan
oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme
yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang
dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan
udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat
(diamati) pada pipa kapiler berskala. Prinsip kerja respirometer digunakan
untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-hewan seperti serangga
atau tumbuhan seperti kecambah.
Kapas kecil yang berisi kristal KOH/
NaOH dimasukan ke dalam tabung specimen dan kemudian
hewan percobaan yang telah diklasifikasi ukurannya (besar, sedang, atau kecil) ataupun
massanya dimasukan
kedalamnya juga. Setelah itu pergerakan posisi larutan safranin dapat diamati dan dapat dicatat. Fungsi dari
larutan KOH adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan safranin benar-benar hanya disebabkan konsumsi oksigen.
Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
2KOH + CO2 --> K2CO3 + H2O
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju kerja oksigen, adalah:
· Temperatur
· Aktifitas
· Spesies
hewan/
tumbuhan
· Ukuran/
massa/ berat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
1.
Satu set respirometer
2.
Timbangan analitik
3.
Jam (stopwatch)
4.
Serangga (Jangkrik/Belalang)
5.
Kecambah
6.
1 N KOH/NaOH 5 ml
7.
Kapas
8.
Kain kasa
9.
Larutan warna
3.2
Rumusan Hipotesis dan Identifikasi Variabel
·Rumusan
Hipotesis
Ada pergerakan larutan merah pada pipa berkala respirometer dan massa dapat mempengaruhi proses respirasi
Identifikasi
Variabel
a. Variabel manipulasi: Massa
pada tanaman kecambah dan massa jangkrik
b.Variabel kontrol: Potongan tanaman
Hydrilla, jumlah air,
jumlah Sodium hydrogen carbonat, waktu, banyaknya larutan
Bromothymol blue
c.Variabel respon: Perubahan/pergerakan larutan merah pada pipa
berkala ml/menit
3.3 LANGKAH PERCOBAAN
- Menimbang jangkrik/ kecambah.
- Mengambil kapas, memasukkan kapas tersebut ke dalam tabung respirometer dan memberi 5 ml KOH/NaOH.
- Memasukkan kain kasa dalam tabung respirometer dan meletakkannya diatas KOH/ NaOH.
- Kemudian memasukkan jangkrik/ kecambah ke dalam tabung respirometer dengan posisi tabung ditidurkan dan membiarkan sebentar (selama 3 menit).
- Menutup respirometer dengan pipa berskala.
- Meneteskan larutan safranin dengan pipet ke dalam pipa berskala pada posisi skala nol.
- Menutup gabus karet pada tabung respirometer dengan pipa berskala.
- Menunggu setelah 5 menit safranin tidak lagi pada posisi nol.
- Membaca skala pipa (berapaa ml/menit).
- Mengulangi percobaan hingga 3x dengan massa jangkrik / kecambah yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
Nama Tanaman
|
Massa
|
O2 yang diperlukan
pada menit ke -
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Kecambah
|
1,2 gram
|
0,02
|
0,04
|
0,02
|
0,02
|
0,01
|
1,8 gram
|
0,02
|
0,01
|
0,01
|
0,01
|
0,01
|
|
2,1 gram
|
0,01
|
0,03
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
Nama Hewan
|
Massa
|
O2 yang diperlukan
pada menit ke -
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Jangkrik
|
0,7 gram
|
0,09
|
0,07
|
0,05
|
0,05
|
0,04
|
0,5 gram
|
0,06
|
0,03
|
0,02
|
0,03
|
0,05
|
|
0,1 gram
|
0,04
|
0,03
|
0
|
0
|
0
|
4.3. ANALISIS DATA
Dari hasil pengamatan yang kami
lakukan, pada salah satu serangga
yang kami gunakan dalam percobaan yaitu jangkrik yang setelah di masukkan dalam
tabung respirometer dan ditetesi safranin dengan pipa berskala, diketahui larutan
safranin yang berada pada pipa berskala setelah lima menit tidak lagi berada
pada posisi nol yang berarti, bahwa serangga malakukan proses pernafasan, dan
jika semakin besar massanya, laju larutan safranin menjadi semakin cepat dalam pipa berskala, yang berarti
rata-rata respirasinya permenit juga semakin besar. Begitu juga pada serangga yang
bermassa kecil rata-rata respirasinya permenit juga diketahui lebih kecil.
Sedangkan pada tanaman kecambah perubahannya tidak signifikan. Kita dapat mengetahui bahwa laju larutan
safranin yang terdapat pada pipa kapiler yang berisi jangkrik lebih cepat
daripada yang berisi kecambah. Mungkin ini dikarenakan oleh perbedaan
hewan dan tumbuhan. Hewan yang aktif akan lebih banyak membutuhkan energi
sehingga akan lebih banyak membutuhkan oksigen untuk dihirup. Hal ini terlihat dari pergerakan larutan
safranin yang berjalan sedikit sekali bahkan tidak terlalu kelihatan pada
tabung respirometer. Sedangkan KOH yang digunakan pada percobaan ini sebagai pengikat
oksigen, sehingga bisa membuat larutan safranin tersebut bergerak
mendekati jangkrik dan kecambah.
4.4.
DISKUSI
Berdasarkan
hasil pengamatan, percobaan proses respirasi pada tanaman seperti kecambah agak
sulit diamati, sedangkan proses respirasi pada hewan seperti jangkrik dapat
diamati. Hasilnya proses respirasi pada jangkrik lebih cepat daripada pada
kecambah. Pada kedua percobaan terdapat selisih yang kurang signifikan. Hal ini
dikarenakan adanya beberapa faktor antara
lain, berat tubuh, kegiatan tubuh, kondisi fisik, suhu tubuh dan suhu di dalam
respirometer.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang kami
lakukan, dapat disimpulkan bahwa proses respirasi menghasilkan karbondioksida
(CO2), uap air (H2O) dan sejumlah energi. Kecepatan pernafasan/ respirasi yang di lakukan
makhluk hidup berbeda-beda. Kecepatan pernafasan jangkrik lebih cepat di
banding kecepatan pernafasan kecambah sehingga pergerakan larutan safranin
lebih cepat pada jangkrik. Hubungan antara berat badan serangga atau
kecambah dengan volume udara (O2) yang digunakan untuk keperluan
respirasi, yaitu semakin berlebih berat badan serangga atau kecambah, maka
semakin banyak oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi. Faktor yang juga dapat mempengaruhi antara lain, berat
tubuh, kegiatan tubuh, kondisi fisik, suhu tubuh dan suhu di dalam
respirometer.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmadiarti,
Fida dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unipress UNESA
Yuliani,
dkk. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Surabaya: Jurusan
Biologi FMIPA UNESA
Jati,Wijaya.2007. Aktif Biologi SMA Kelas XI. Jakarta:Ganeca Exact
Jati,Wijaya.2007. Aktif Biologi SMA Kelas XI. Jakarta:Ganeca Exact
Maryati,Sri. BIOLOGI
SMA Kelas 2. Jakarta:Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar